SURAT KEPADA RASUL

20.43 / Diposting oleh KMK~PKM /

Kepada “Rasul orang Batak”

DR. I. L. Nommensen

Dari tempatmu memandang

Salah penuh damai dalam Yesus Kristus,

Tuan, masih terngiang di telingaku tentang perbuatan-perbuatanmu yang ajaib. Engkau hadir di bangsa ini untuk menunaikan janjimu kepada Bapa Semesta. Melalui tanganmu tanah ini bersahabat dengan kaumnya, dalam semangatmu bangsa ini mengecap pendidikan, melalui belas kasihmu tubuh ini menikmati kesehatan, melalui ucapanmu jiwa ini memperoleh keyakinan.

Tuan, bukanlah terlalu berlebihan jika aku mengatakan bahwa engkau tokoh pencerahan. Sebab dari kerendahanmu engkau telah ditinggikan. Dari niatmu engkau telah beroleh kemasyuran. Melalui karyamu, engkau telah mencelikkan mata kami yang buta. Dari iman yang engkau perkenalkan, kami berhenti berperang.

Tuan, pagar bambu yang mengelilingi kampung kami, kini telah dirambas dan dibabat, ketakutan akan alam di luar kampung kami, kini sudah tidak ada lagi. Kami telah mengenal kemajuan dari daerah-daerah lain, kami telah berkata “saudara” kepada marga lain. Karya nenek moyang kami yang sarat akan roh, kini telah kami tinggalkan. Terimakasih untukmu.

Tuan mungkin engkau telah mendengar kabar yang tidak baik tentang kami, aku tahu bahwa engkau melihat dari sana, namun inilah kenyataan yang sekarang sedang terjadi: gereja yang telah Tuhan dirikan melalui dirimu sedang terombang-ambing. Kebaikan dan ketulusan akan iman yang engkau perkenalkan sudah hampir tipis. Kemurnian hati yang terlihat dalam dirimu, tidak ada yang mampu menirunya. Gereja ini memang bertambah besar, namun rohnya jauh dari teladan yang engkau berikan.

Masih ingatkah tuan akan pesanmu supaya kami terus berdoa. Sebagai pemula untuk berdoa, mungkin kami sering lupa, namun rasa maklum dari diri mu juga engkau ungkapkan, sehingga demi membantu kami agar tidak lupa berdoa, engkau rela untuk membunyikan lonceng gereja pukul enam pagi, sembilan pagi, dua belas siang, tiga sore dan pukul enam sore. Itulah yang membuat kami akhirnya terbiasa untuk berdoa. Sekarang, lonceng itu tidak pernah lagi terdengar.

Tuan, kemanakah perginya para pemuda yang berkumpul pukul tujuh malam? Lihatlah, gereja itu sudah kosong. Tabiat kami kembali kepada alam bebasnya. Sifat kami yang dahulu, seolah-olah lahir kembali, walau dalam bentuk yang berbeda. Engkau berpesan “agar hari Minggu, benar-benar tidak bekerja” namun sepertinya tidak mungkin lagi, akibatnya kami tertidur ketika mendengar kabar kesukaan.

Tuan, aku ingin tahu “apakah engkau marah kepada kami?” Atau “mungkin engkau sedang menitikkan air mata?” Maafkan keteledoran kami, sebab bibir kami memanggil engkau “rasul” namun teladanmu tidak mampu kami lanjutkan. Semoga kelak teladan itu kembali lahir dan hidup dalam diri kami.

Teriring salam

Dari Pelayan Allah.

Label: , ,

0 komentar:

Posting Komentar