HIASAN NATAL TERBENTUK DARI AIR

07.03 / Diposting oleh KMK~PKM /

Desember 2008, aku pulang ke kampung halaman untuk merayakan natal bersama ayah, ibu, kakak serta adik-adikku. Keadaan rumah biasa-biasa saja, semarak natal tidak terasa sedikitpun. Ruang tamu yang panas serta sempit, dinding yang sudah berjamur dan langit-langit yang membentuk corak dari sisa-sisa air hujan (atap yang bocor).

Ruang tamu yang bersamaan sebagai garasi mobil membuat tidak cocoknya pohon natal berdiri, selain itu memang ruangan itu sudah terlalu sempit. Menuju dapur, kita harus berjalan menyusuri lorong kecil dan kurus dimana pintu-pintu kamar berjejer. Pada lorong itu terdapat sebuah tempat tidur yang hampir tidak pernah digunakan. Hawa yang begitu panasnya diakibatkan atap tanpa langit-langit. Rak piring yang berhadapan dengan pintu kamar mandi menambah sumpeknya rumah kami. Karena ruangan yang sempit, maka dapur dipindahkan kebelakang rumah. Dengan bermodalkan tiang penyangga dan beratapkan seng, disinilah ibu setiap hari memasak.

Natal kali ini, adalah natal yang penuh sukacita bagi kami, secara khusus bagi aku yang dapat pulang dari perantauan. Tidak ada sedikitpun kemauan untuk menghias rumah dengan pernak-pernik natal. Rasanya semua itu hilang dan tidak terpikirkan ketika berjumpa dengan sanak saudara. Tangis haru dan canda tawa adalah alunan musik natal yang begitu indah.

Malam natal ke dua. Hujan turun dengan derasnya. Mall disamping rumah kami masih mendendangkan lagu joy to the world. Sementara kami sibuk didalam rumah. Ibu, saya dan adik sangat sibuk mengangkat ember dan kaso untuk mengatasi kebocoran dapur. Sementara ayah dan yang lainnya sibuk untuk mengawasi bengkel.

Genangan air setinggi mata kaki di dapur harus segera dibersihkan, sebelum menjadi kolam renang. Adik sibuk mengeringkan lantai, sementara ibu dan saya memperbaiki atap yang bocor. Kami bertiga basah, bukan main bocornya atap dapur. Airnya memasuki dapur bukan seperti rintik hujan, namun lebih mirip kepada air terjun.

Malam itu yang seharusnya kami habiskan dengan senyuman sambil menikmati roti natal, ternyata kami habiskan dengan memperbaiki dapur yang bocor. Bocor dapat kami perbaiki, tinggal air yang menggenang harus kami keringkan. Kami duduk sebentar untuk mengatasi kelelahan, diam dan tak berbicara. Pantulan lampu ke genangan air yang beriak, membentuk kelap-kelip yang berwarna-warni. Aku memperhatikan pantulan-pantulan cahaya itu dengan seksama, dalam hati aku berkata: “hiasana yang berwarna-warni itu hadir dirumah kami”. Dalam rumah yang kami cintai tidak terdapat rentetan pernak-pernik natal, namun itu semua hadir dalam genangan air. Cahaya itu memantul mengenai wajah kami, wajah kami penuh dengan warna-warni pantulan. Semangat natal tumbuh kembali. Lalu kami berlekas untuk membersihkan dapur dan rumah.

Malamnya kami tergeletak bersama diruang tamu yang sekaligus garasi mobil. Dengan beralaskan tikar dan ambal yang sudah kusam, kami semua merebahkan diri penuh dengan senyuman. Hiasan Natal kami terbuat dari air! Kini aku sadar, hiasan Natal ternyata ada dimana-mana, yang pasti semuanya itu ada dihati kita, hanya saja semuanya itu tergantung bagaimana cara kita menanggapi dan mengekspresikan semangat natal itu.

Label:

2 komentar:

Anonim on 5 Februari 2009 pukul 20.33

Seeep... positive thinking.. 'n still praise for LORD.. whenever or whatever you're..

Nice article.. thanks..

Comment by Febriedethan on 28 Oktober 2009 pukul 03.02

I wish you have a sweet Christmas this year :)

Posting Komentar